Apa Itu GERD? Ciri-ciri, Gejala, Cara Mengatasi dan Makanan yang Baik untuk Penderitanya

Published by apt. Fachrunisa Candra Andika, S.Farm on

Apa Itu GERD? Ciri-ciri, Gejala, Cara Mengatasi dan Makanan yang Baik
Dikurasi Oleh: apt. Fachrunisa Candra Andika, S.Farm

GERD atau Gastroesophageal reflux disease adalah salah satu kondisi medis pada organ pencernaan yang disebabkan oleh asam lambung. GERD terjadi ketika asam lambung mengalir kembali ke tabung yang menghubungkan antara mulut dengan perut (esofagus atau kerongkongan). Backwash atau refluks asam ini bisa mengiritasi lapisan kerongkongan Anda.

Apa itu GERD?

Banyak orang yang mengalami refluks asam lambung dari waktu ke waktu. GERD sendiri adalah refluks asam ringan yang terjadi setidaknya dua kali seminggu. Bisa juga berupa refluks asam sedang hingga berat yang terjadi setidaknya sekali seminggu.

Kebanyakan penderita GERD bisa mengatasi rasa tidak nyaman yang dialaminya dengan perubahan gaya hidup dan konsumsi obat-obatan yang dijual bebas di pasaran. Tapi ada juga penderita GERD yang memerlukan pengobatan tertentu yang lebih kuat untuk meredakan gejala termasuk pembedahan.

Penyebab GERD

Istilah gastroesophageal dalam GERD mengacu pada lambung dan kerongkongan. Refluks berarti mengalir kembali. Jadi, refluks gastroesophageal adalah ketika apa yang Anda makan dan ada di dalam perut, kembali ke kerongkongan.

Dalam pencernaan normal, LES (sfingter esofagus bagian bawah atau cincin yang membentuk katup di bawah kerongkongan) akan terbuka dan memungkinkan makanan masuk ke perut. Setelahnya, katup akan menutup lagi untuk menghentikan makanan dan cairan asam lambung naik kembali ke kerongkongan.

Pada penderita GERD, refluks gastroesophageal terjadi ketika LES menjadi lemah atau relaks di saat yang tidak seharusnya. Inilah yang kemudian memungkinkan isi lambung mengalir kembali ke kerongkongan dan menyebabkan sensasi seperti terbakar (heartburn).

Ciri-ciri Gejala GERD

Beberapa gejala yang umum dialami oleh penderita GERD antara lain adalah:

  • Sensasi terbakar pada dada (heartburn), umumnya muncul setelah makan. Gejala ini biasanya akan semakin parah di malam hari
  • Nyeri dada
  • Susah menelan
  • Regurgitasi makanan atau cairan asam
  • Sensasi seakan muncul benjolan pada tenggorokan

Jika Anda mengalami refluks asam lambung di malam hari, Anda mungkin juga akan mengalami berbagai gejala seperti:

  • Batuk kronis
  • Asma yang mendadak muncul atau asma yang semakin memburuk (jika Anda juga menderita asma)
  • Radang tenggorokan
  • Tidur yang terganggu.

Lalu, kapan sebaiknya Anda harus ke dokter? Penderita GERD disarankan untuk segera mencari bantuan medis jika mengalami nyeri dada, sesak napas, nyeri rahang atau lengan. Ini mungkin adalah tanda atau gejala serangan jantung. Buat janji temu dengan dokter jika Anda:

  • Mengalami gejala GERD yang parah atau sering
  • Minum obat bebas untuk meredakan sakit maag lebih dari dua kali dalam seminggu.

Baca juga: Penyakit Asam Lambung, Ciri-ciri, Gejala, Penyebab dan Pantangannya

Cara Mengatasi GERD

Untuk penanganan terhadap GERD, dokter mungkin akan menyarankan Anda untuk mencoba memperbaiki pola hidup serta jenis obat-obatan bebas yang dikonsumsi. Jika gejala tidak membaik, dokter bisa meresepkan obat atau operasi.

Beberapa jenis obat-obatan bebas yang bisa digunakan untuk mengatasi GERD antara lain adalah:

  • Antasida untuk menetralkan asam lambung. Ada berbagai merek antasida yang dijual bebas yang bisa memberikan bantuan dengan cepat pada refluks asam lambung. Tetapi, konsumsi antasida saja tidak bisa menyembuhkan kerongkongan yang meradang atau rusak karena asam lambung. Konsumsi antasida dapat menyebabkan efek samping seperti diare atau masalah ginjal
  • Obat-obatan untuk mengurangi produksi asam seperti H-2-receptor blockers. Obat jenis ini bereaksi lebih lama dibanding antasida dengan menurunkan produksi asam lambung dalam 12 jam. Untuk dosis yang lebih kuat, Anda harus mendapatkannya dengan resep dokter
  • Obat-obatan untuk menghalangi produksi asam dan menyembuhkan kerongkongan. Obat ini dikenal dengan proton pump inhibitors merupakan penghambat asam yang lebih kuat dibanding H-2-receptor blockers. Obat ini akan memberikan waktu pada jaringan kerongkongan yang rusak karena asam lambung untuk sembuh.

Selain obat-obatan bebas, beberapa jenis obat mungkin akan diresepkan untuk mengatasi GERD yang parah. Beberapa jenis obat resep tersebut antara lain adalah:

  • H-2-receptor blockers dengan dosis yang lebih tinggi. Obat-obatan ini umumnya bisa ditoleransi dengan baik oleh tubuh, tapi penggunaan jangka panjang bisa dikaitkan dengan sedikit peningkatan risiko kekurangan vitamin B-12 dan patah tulang
  • Proton pump inhibitors dengan dosis yang lebih tinggi. Meski bisa ditoleransi dengan baik, obat-obatan jenis ini bisa menyebabkan diare, sakit kepala, mual dan kekurangan vitamin B-12. Penggunaan untuk penanganan gejala GERD kronis bisa meningkatkan risiko patah tulang pinggul
  • Obat-obatan untuk memperkuat sfingter esofagus bagian bawah (LES). Obat seperti Baclofen bisa meredakan GERD dengan cara mengurangi frekuensi relaksasi sfingter esofagus bagian bawah. Efek samping yang mungkin dialami oleh penderita adalah mual dan kelelahan.

GERD biasanya dapat dikontrol dengan obat-obatan. Tetapi jika obat tidak membantu atau Anda ingin menghindari penggunaan obat dalam jangka panjang, dokter mungkin akan merekomendasikan prosedur seperti:

  • Fundoplikasi. Dokter akan membungkus bagian atas perut di sekitar LES (sfingter esofagus bagian bawah) untuk membuat otot jadi lebih kencang dan mencegah terjadinya refluks. Fundoplikasi biasanya dilakukan dengan laparoskopi (dikenal juga sebagai prosedur invasif minimal)
  • Pemasangan perangkat LINX. Sebuah cincin manik-manik kecil bernama LINX akan dipasang meliliti persimpangan kerongkongan dengan perut. Daya tarik menarik antara manik-manik magnet cukup kuat untuk menjaga sambungan tetap tertutup selama refluks asam tapi tetap bisa memungkinkan makanan melewatinya. Perangkat LINX bisa dipasang dengan menggunakan operasi invasif minimal
  • Fundoplikasi tanpa insisi transoral (transoral incisionless fundoplication/TIF). Prosedur ini dilakukan dengan mengencangkan sfingter esofagus bagian bawah dengan membuat pembungkus parsial di sekitarnya. TIF dilakukan lewat mulut dengan alat khusus tapa memerlukan sayatan bedah.

Makanan untuk Penderita GERD

Untuk mengelola gejala refluks lambung pada penderita GERD, perubahan gaya hidup termasuk pola makan sangat diperlukan. Anda sebaiknya menghindari makanan yang bisa memicu heartburn seperti:

  • Gorengan
  • Makanan cepat saji
  • Pizza
  • Keripik kentang dan makanan ringan olahan lainnya
  • Bubuk cabai dan merica termasuk merica putih, hitam dan cabai rawit
  • Daging berlemak seperti bacon dan sosis
  • Keju.

Berbagai makan yang juga bisa menyebabkan sfingter esofagus bagian bawah menjadi relaks dan proses pencernaan tertunda yakni saus berbahan dasar tomat, cokelat, buah jeruk (termasuk lemon dan jeruk nipis) serta minuman bersoda. Jika tidak bisa benar-benar menghindarinya, konsumsilah makanan dan minuman di atas dalam jumlah sedikit.

Makanan juga bisa membantu Anda mengatasi gejala pada GERD. Beberapa jenis makanan itu antara lain adalah:

  • Makanan tinggi serat seperti makanan dari gandum utuh, makanan umbi termasuk kentang manis, wortel dan buah bit serta sayuran hijau
  • Makanan yang kaya akan alkalin. Makanan yang mengandung alkalin bisa mengurangi risiko refluks. Beberapa opsinya antara lain adalah pisang, melon, bunga kol dan kacang-kacangan
  • Makanan yang tinggi air untuk melemahkan asam lambung. Contohnya adalah semangka, selada, mentimun dan teh herbal.

Itulah beberapa hal penting yang perlu diketahui tentang GERD. Kelola GERD Anda dengan pola hidup yang sehat untuk mencegah kekambuhan yang mengganggu.