Yang Harus Diketahui Seputar Penggunaan Antibiotik

Published by Debora Ciptasari on

Mengetahui penggunaan antibiotik sesuai anjuran medis akan membantu memaksimalkan proses penyembuhan.

Human in vial concept Free Vector

Anda tentu sudah tidak asing dengan antibiotik, bukan? Kelompok obat-obatan yang berkhasiat mencegah dan menyembuhkan infeksi akibat bakteri ini cukup sering dijumpai di apotek maupun toko obat dengan berbagai merek.

Antibiotik bekerja dengan cara membunuh dan menghentikan bakteri yang berkembang biak dalam tubuh. Namun, penggunaan obat ini juga harus sesuai aturan dan tidak boleh sembarangan. Pastikan Anda mengetahui fakta seputar antibiotik berikut.

1. Demam

Demam adalah reaksi yang paling sering muncul setelah seseorang mengonsumsi obat antibiotik. Namun demam bisa disebabkan dua kemungkinan. Pertama, demam sebagai tanda upaya tubuh melawan bakteri yang menyebabkan infeksi.

Yang kedua adalah demam karena alergi. Ya, sebagian orang memang memiliki alergi terhadap antibiotik tertentu. Jika demam terjadi dalam waktu lama, segera konsultasikan ke dokter.

2. Menimbulkan Alergi

Demam bukan satu-satunya alergi yang muncul karena konsumsi antibiotik. Beberapa orang juga rentan mengalami ruam, sesak napas, sampai pembengkakan lidah—baik secara langsung maupun tertunda.

Jika Anda mempunyai masalah ginjal dan hati, penggunaan antibiotik harus diperhatikan dengan baik agar tidak berakibat fatal. Jenis obat dan takaran dosis yang diterima juga tidak boleh sembarangan.

3. Antibiotik Harus Dihabiskan

Biasanya karena merasa sudah sembuh, pasien akan langsung menghentikan konsumsi obat antibiotiknya. Ingat, konsumsi antibiotik harus sesuai dengan resep dokter, tidak boleh dihentikan atau melebihi dosis yang diberikan.

Menghentikan konsumsi antibiotik sebelum dosisnya habis justru akan menyebabkan resistensi bakteri dalam tubuh, sehingga penyakit tidak kunjung sembuh.

4. Tidak Semua Penyakit Butuh Antibiotik

Tidak semua penyakit memerlukan obat antibiotik. Ingat, obat ini hanya digunakan pada jenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Jadi, penyakit akibat virus seperti batuk dan flu tidak bisa diobati dengan antibiotik, ya.

Karenanya, hindari melakukan self-diagnose dan mengonsumsi antibiotik tanpa resep dokter. Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai aturan akan membuat bakteri makin kebal terhadap obat tersebut dan berbahaya bagi tubuh.

5. Risiko Keguguran

Ibu hamil tidak dianjurkan mengonsumsi obat antibiotik karena dapat menyebabkan keguguran, kecuali atas rekomendasi SpOG. Selain itu, obat ini juga bisa menyebabkan cacat atau kelainan pada janin.

Adapun jenis antibiotik yang dilarang dikonsumsi oleh ibu hamil adalah makrooksida, kuinolon, tetrasiklin, sulfonamida, dan metronidazol. Pastikan Anda sudah berkonsultasi dengan dokter sebelumnya.

6. Hati-Hati Diare

Terlalu banyak mengonsumsi obat antibiotik tidak hanya menyebabkan resistensi bakteri, tapi juga memicu munculnya penyakit baru. Kasus yang paling sering terjadi adalah diare akibat terganggunya sistem pencernaan karena jumlah bakteri baik dan jahat di dalam tubuh tidak seimbang.

Nah, demikian beberapa fakta mengenai penggunaan antibiotik. Semoga ulasan ini bermanfaat untuk Anda sekalian, ya. Salam sehat!


Debora Ciptasari

Debora Ciptasari, S.Farm Farmasi Universitas Sanata Dharma 2015

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *