Polihidramnion pada Ibu Hamil, Ini Gejala serta Penyebabnya

Published by Dewi Dwiputri on

Polihidramnion pada Ibu Hamil

 

Polihidramnion pada Ibu Hamil

https://www.freepik.com

Air ketuban bisa menjadi salah satu sumber masalah saat hamil. Polihidramnion pada ibu hamil adalah kondisi di mana volume air ketuban menjadi berlebihan, sehingga menimbulkan gejala-gejala pada sang ibu maupun bayi. Jika dibiarkan, hal ini bisa menyebabkan komplikasi persalinan dan bahkan kematian bayi.

Jika Sobat Sehat berencana memiliki anak, pastikan mengetahui tentang fakta-fakta dan gejala polihidramnion, agar tahu kapan harus mengunjungi dokter.

Polihidramnion pada Ibu Hamil, BeginiĀ Gejala dan Dampak

Volume air ketuban yang bertambah bisa mendesak dinding rahim dan menekan organ-organ di sekitarnya. Tergantung tingkat keparahannya, Sobat Sehat mungkin merasakan gejala-gejala seperti sesak napas, pembengkakan pada perut, kontraksi, atau rasa tidak nyaman pada area rahim. Polihidramnion juga bisa mengubah posisi janin, misalnya menjadi sungsang.

Risiko bayi polihidramnion bisa berdampak pada berbagai komplikasi. Jika tidak diatasi, kondisi ini bisa menyebabkan kelahiran prematur, air ketuban pecah atau plasenta mengelupas sebelum waktunya, pendarahan hebat, dan bahkan kematian bayi. Bahkan jika kondisi si ibu tidak terlalu parah, dokter mungkin harus melakukan prosedur bedah Caesar.

Penyebab dan Cara Diagnosis Polihidramnion

Polihidramnion pada ibu hamil

https://www.freepik.com

Polihidramnion bisa terjadi pada siapa saja, dan penyebabnya seringkali tidak jelas. Akan tetapi, ada beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risikonya. Sobat Sehat harus waspada terhadap risiko polihidramnion jika mengalami diabetes atau infeksi selama hamil. Ada juga kondisi bawaan seperti kelainan genetik yang menimpa sistem syaraf pusat, sel darah merah, atau saluran pencernaan janin. Kehamilan kembar juga meningkatkan risiko polihidramnion.

Jika Sobat Sehat mencurigai adanya gejala polihidramnion, dokter akan melakukan USG mendetail untuk mengetahui volume air ketuban. Dokter juga akan memeriksa jika janin memiliki kelainan bawaan atau kondisi lainnya selama proses USG. Selain itu, dokter mungkin juga akan melakukan beberapa tes tambahan, misalnya:

  • Tes darah.

Tes ini dilakukan jika dokter mencurigai adanya penyakit atau infeksi yang mungkin menyebabkan polihidramnion.

  • Amniosintesis

Amniosintesis merupakan prosedur pengambilan contoh air ketuban untuk tes. Air ketuban mengandung sel-sel fetus serta berbagai komponen biokimiawi yang berasal dari janin, dan dokter dapat menggunakannya untuk mendeteksi kelainan bawaan.

  • Pemeriksaan biofisik

Tes ini terdiri dari pemeriksaan terhadap beberapa ciri fisik janin, seperti pergerakan, bentuk, detak jantung, serta pola pernapasan. Ada juga cara pemeriksaan di mana ibu hamil diminta minum untuk melihat pergerakan bayi.

Polihidramnion ringan biasanya bisa sembuh tanpa penanganan. Tetapi, jika kondisi ini menimbulkan sesak napas, nyeri perut, dan gejala lainnya, dokter akan melakukan penanganan seperti pengurangan cairan ketuban serta pemberian obat seperti indometachin. Akan tetapi, indometachin tidak boleh dikonsumsi jika usia kandungan sudah lebih dari 31 minggu.

Polihidramnion pada ibu hamil tidak perlu ditakuti, terutama jika Sobat Sehat mendapat diagnosisnya sejak awal. Pastikan berkonsultasi dengan dokter dan mencari informasi medis dari K24Klik.com, atau informasi obat tertentu di live chat K24Klik, untuk bersiap-siap.


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *