Degenerasi Makula: Gangguan Penglihatan yang Umum Menyerang Lansia

Published by konten on

Dikurasi Oleh: Maretta Putri A., S.Farm., Apt

Age-related macular degeneration (AMD)—Anda mungkin sedikit asing dengan istilah ini. Penyakit yang juga disebut dengan degenerasi makula ini merupakan gangguan penglihatan yang paling banyak menyebabkan kebutaan. AMD bisa dialami siapa saja, tapi kasus terbanyak ditemukan pada lansia di atas 50 tahun.

Degenerasi makula termasuk golongan penyakit kronis yang dipicu oleh kerusakan pada pusat retina (macula). Akibatnya, fokus penglihatan mata pun ikut terganggu. Kondisi ini menyebabkan penurunan kemampuan membaca, menulis, atau mengenali wajah orang lain.

Seseorang yang terkena degenerasi makula tidak langsung mengalami kebutaan, tetapi penglihatannya perlahan makin buram.

Penyebab Degenerasi Makula

Hingga kini belum diketahui secara pasti mengenai penyebab terjadinya degenerasi makula. Selain faktor keturunan dan lingkungan, kondisi berikut juga turut menjadi faktor risiko penyakit ini.

  • Konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh; daging, mentega, dan keju
  • Obesitas
  • Perokok aktif
  • Mempunyai hipertensi (tekanan darah tinggi)
  • Riwayat keluarga AMD
  • Usia lanjut
  • Paparan sinar matahari langsung tanpa pelindung
  • Pengaruh radikal bebas
  • Kolesterol tinggi

Gejala Degenerasi Makula

AMD termasuk penyakit progresif yang membuat kondisi penderitanya memburuk dari waktu ke waktu. Gejala yang paling mudah dikenali adalah gangguan penglihatan (buram) pada bagian tengah mata. Sebagian pasien AMD juga mendapati keluhan berupa garis-garis saat melihat.

Sebelum akhirnya berkembang menjadi penyakit kronis dan berujung kebutaan, penyakit degeneratif ini membutuhkan waktu setidaknya 5-10 tahun. Nah, saat kondisi makin parah, maka bisa ditentukan apakah seseorang menderita AMD kering atau basah.

Ya, perbedaan diagnosis ini disebabkan oleh kerusakan berbeda yang terjadi pada makula. Secara medis, degenerasi makula basah dianggap dapat berkembang lebih cepat dibandingkan degenerasi makula kering.

  • Degenerasi Makula Atropik (Kering)

AMD ini muncul akibat pengendapan zat sisa (drusen) di bawah retina. Makin banyak drusen yang terkumpul, makin buram penglihatan si penderita. Degenerasi makula atropik ini juga bisa menjadi pemicu penipisan sel di lapisan luar retina.

Meski kadang-kadang ada blind spot (bagian mata yang tidak peka cahaya), degenerasi makula kering sangat jarang menyebabkan kebutaan.

  • Degenerasi Makula Eksudatif (Basah)

AMD basah dipicu oleh memburuknya kondisi luar retina (retinal pigment epithelium/RPE). Pada beberapa kasus, AMD jenis ini juga disebabkan oleh tumbuhnya pembuluh darah baru di belakang lapisan makula.

Nah, karena rapuh, pembuluh darah ini sangat rentan bocor dan menyebabkan timbulnya jaringan parut di bagian makula. Perlu diketahui bahwa AMD basah lebih cepat mengganggu pusat penglihatan dibandingkan AMD kering.

Dalam kurun waktu minggu atau bulan, penderita akan mengalami perdarahan di bagian mata. Pada beberapa kejadian, perdarahan bahkan bisa terjadi dalam hitungan jam.

Terapi dan Pengobatan Degenerasi Makula

Penderita degenerasi makula bisa menjalani terapi atau pengobatan untuk meringankan gejala, antara lain dengan:

  • Obat. Dokter akan menyuntikkan obat-obatan tertentu ke bagian mata guna mencegah terbentuknya pembuluh darah baru.
  • Fotokoagulasi Laser. Merupakan terapi bedah untuk menangani kelainan retina dengan menggunakan laser panas.
  • Terapi Fotodinamis. Merupakan jenis terapi retina dengan menggunakan laser rendah energi (dingin) dan obat peka cahaya guna menyekat pembentukan pembuluh darah baru.

Melihat gejala dan faktor risikonya, tak ada cara lain yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit degeneratif makula ini, selain dengan menerapkan pola hidup sehat, olahraga teratur, serta menghindari rokok. Semoga artikel ini bermanfaat, ya!


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *