Skabies Masih Marak di Kalangan Pesantren

Published by Dewi Dwiputri on

Penyakit Kulit Skabies Masih Marak di Kalangan Pesantren

penyakit kulit skabies

Pernahkah anda atau anak anda mengalami gatal-gatal di tubuh terutama pada malam hari? Atau gejala tersebut mengenai semua orang rumah atau pesantren? Berhati-hatilah dengan skabies.

Apa itu Penyakit Kulit Skabies?

Skabies adalah penyakit gatal pada kulit yang disebabkan oleh tungau atau kutu kecil yaitu Sarcoptes Scabiei. Skabies dikenal dengan nama lain kudis. Seringkali mengenai banyak orang dalam satu tempat. Penyakit kulit skabies seringkali diabaikan karena tidak mengancam jiwa sehingga prioritas penanganannya pun sering tertunda dan ujung-ujungnya timbul komplikasi. Awalnya dikira gatal-gatal biasa namun hal itu dialami berulang-ulang. Inilah yang sering terjadi pada anak pesantren. Insiden timbulnya penyakit kulit skabies masih tinggi terutama dalam lingkup pesantren.

Berdasarkan beberapa penelitian pada tahun 2003, insiden skabies pada 12 pondok pesantren di kabupaten Lamongan mencapai 48,8% dan di pesantren An-Najach Magelang pada tahun 2008 mencapai 43%. Hal ini tentu sangat mengganggu aktivitas santri akibat gejala yang ditimbulkan dari skabies ini. Bahkan pada tahun 2008 sebanyak 15,5% santri penderita skabies mengalami penurunan prestasi dari nilai rapornya. Mengapa hal itu bisa terjadi? Sebelumnya anda harus mengetahui terlebih dulu tentang sumber penyakit ini yaitu Sarcoptes Scabiei.

Sarcoptes Scabiei merupakan kutu kecil yang tidak tampak jika hanya dilihat dengan mata telanjang. Jadi, untuk melihantnya perlu menggunakan mikroskop. Tungau betina berukuran 0,3-0,4 mm sedangkan tungau jantan berukuran setengah dari ukuran betina. Infeksi tungau ini mudah menyebar dari orang ke orang melalui kontak fisik dan menyebabkan seringnya terlibat semua anggota rumah atau yang ada pada satu tempat tersebut. Sarcoptes Scabiei betina dapat hidup di luar suhu kamar selama kisaran 7-14 hari. Bagian tubuh yang paling sering disukai oleh tungau yang satu ini adalah bagian kulit yang tipis dan lembap dan lipatan kulit pada orang dewasa. Sedangkan pada bayi cenderung memiliki kulit yang tipis dan lembap sehingga semua area tubuh bisa diserang oleh tungau kecil ini.

Apa Saja Gejala dari Penyakit Kulit Skabies?

Penyakit Kulit Skabies

Gejala khas dari penyakit skabies adalah gatal-gatal yang hebat terutama pada malam hari. Hal ini dikarenakan aktivitas tungau yang aktif pada malam hari. Lubang tungau akan tampak seperti gelombang terowongan dengan panjang hingga 2,5 cm. Pada bagian ujung dari terowongan didapat beruntusan kecil. Terowongan ini diciptakan oleh tungau betina yang masuk tepat di bawah permukaan kulit. Setelah membuat terowongan, tungau betina tersebut akan meletakkan 10-25 telur di dalamnya. Aktivitas tungau paling suka pada daerah lipatan-lipatan tubuh seperti pergelangan tangan, kaki, siku, leher, ketiak, sela-sela paha, sela-sela jari, hingga bagian kelamin wanita ataupun pria. Terkadang pada bayi atau anak bisa diseluruh tubuh. Pada awalnya terowongan itu akan terlihat jelas akibat akitivitas tungau, namun karena sifatnya gatal maka terowongan tersebut akan tertutup akibat garukan. Jika digaruk terus menerus dapat menimbulkan lecet hingga luka.

Mengapa Penyakit Kulit Skabies Bisa Menular?

Skabies dapat menular dengan kontak dari kulit ke kulit sehingga memberikan waktu bagi tungau untuk berpindah dari satu orang ke orang lain. Penggunaan barang pribadi secara bersama-sama juga menjadi risiko penularan penyakit ini seperti penggunaan handuk, kasur, baju, atau barang-barang lainnya yang sering digunakan penderita skabies. Namun, perlu anda ketahui bahwa penyakit ini tidak menyebar lewat jabatan tangan, ciuman, atau pelukan yang dilakukan dengan cepat. Hal ini disebabkan tungau tidak dapat terbang atau lompat, sehingga dia hanya bisa merangkak dan itu pun secara lambat.

Mengapa Anak Pesantren Lebih Banyak Menderita Penyakit Kulit Skabies?

Hal ini disebabkan oleh penularan tungau dari kontak kulit ke kulit dan penggunaan barang pribadi bersama-sama terutama kasur. Apalagi dalam satu kamar dihuni oleh banyak anak santri yang membuat risiko penularan skabies semakin besar. Jadi, kebiasaan anak santri yang hidup secara bersama-sama, menggunakan fasilitas pribadi bersama-sama, penggunaan pakaian bersama bergantian, penggunaan sprei dan kasur bersama, dan lainnya. Semua perilaku ini menjadi faktor risiko terhadap tingginya angka skabies.

Apa Komplikasi Penyakit Kulit Skabies?

Penyakit ini menimbulkan gejala gatal yang luar biasa terutama pada malam hari. Hal ini membuat anda untuk menggaruk pada bagian tubuh yang gatal tersebut. Jika digaruk terus menerus membuat luka terbuka yang rentan akan infeksi. Bentuk infeksi kulit yang paling sering adalah impetigo berupa cairan berwarna madu yang keluar dari kulit yang lecet tersebut.

Bagaimana Mengatasi Penyakit Kulit Skabies?

  1. Salep Khusus Skabies

Jangan sembarangan untuk mengobati penyakit ini karena hanya akan memperparah penyakit ini atau malah tidak ada tanda-tanda kesembuhan. Beberapa obat salep khusus skabies seperti salep 2-4 atau permetrin. Salep tersebut dioleskan ke seluruh tubuh dari leher hingga ke bawah kemudian salep dibiarkan selama 8-14 jam lalu cuci bersih. Gunakan dalam 3 hari berturut-turut secara teratur. Pengobatan salep ini dapat membunuh tungau secara cepat.

  1. Obat Gatal

Skabies pasti disertai dengan gejala gatal yang intens terutama pada malam hari. Oleh karena itu, obat-obatan golongan antihistamin dapat mengurangi rasa gatal yang ada. Beberapa obat tersebut antara lain CTM, Cetirizine, Loratadin dan lain-lain.

  1. Kortikosteroid

Penggunaan kortikosteroid dapat mengurangi gejala gatal dan peradangan yang disebabkan oleh skabies tersebut. Anda dapat menggunakan salep kortikosteroid setepa 3 hari penggunaan salep skabies.

  1. Pengobatan Menyeluruh

Yang perlu diketahui bahwa penyakit ini menular dari satu orang ke orang lain. Oleh karena itu, tidak hanya satu orang saja yang diberikan pengobatan tetapi semua anak yang mengalami gejala serupa juga harus mendapatkan pengobatan. Jika tidak rantai kehidupan tungau tersebut tidak akan putus. Jadi, gejala skabies pun akan berulang kembali.

  1. Hindari Penggunaan Barang Secara Bersamaan

Perlu anda ketahui bahwa tungau dapat hidup 2-3 hari pada permukaan pakaian, handuk, kasur, atau selimut. Agar membuat tungau tersebut mati, anda dapat mencuci setiap lembar pakaian, kasur, handuk, atau selimut setiap harinya. Hal ini dilakukan untuk memutus rantai kehidupan dari si tungau tersebut. Cuci barang-barang tersebut dalam air panas kemudian keringkan dengan pengering panas atau jemur pada tempat yang benar-benar bersih. Sedangkan barang yang tidak dapat dicuci dapat dimuat dalam kantong plastik tertutup maksimal selama 7 hari.

Hal terpenting yang diperlukan adalah edukasi mengenai penyakit ini kepada semua santri di pesantren. Ketidaktahuan pasien terhadap penyakit ini membuat insidennya semakin meningkat tiap tahunnya. Meskipun bukan termasuk penyakit yang mematikan namun tetaplah waspada dengan skabies.


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *