Diagnosis Lupus, Penyakit dengan Gejala yang Sulit Dikenali

Published by Dewi Dwiputri on

Diagnosis Lupus, Penyakit dengan Gejala yang Sulit Dikenali

Diagnosis lupus

Gejala penyakit lupus sulit untuk dikenali. Pasalnya, gejala penyakit ini menyerupai penyakit organ yang terserang lupus. Gejala antara satu penderita dan penderita lain pun boleh jadi berbeda, pun dengan gejala pada seorang pasien yang berbeda-beda dari satu waktu ke waktu lainnya. Untuk itu, diagnosis lupus perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang akurat.

Penyakit lupus merupakan salah satu penyakit yang mengerikan dan memiliki risiko kematian sangat tinggi. Pasalnya, penyakit ini merupakan golongan penyakit autoimun. Sebagaimana penyakit autoimun lainnya, sistem imun alias kekebalan tubuh penderita tidak hanya menyerang bakteri atau virus berbahaya yang masuk ke dalam tubuh, tetapi juga menyerang sel-sel yang sehat.

Pada dasarnya, sistem kekebalan tubuh dalam setiap manusia akan menghasilkan antibodi sebagi bentuk pertahanan dan perlawanan terhadap virus dan bakteri. Namun pada penderita lupus, tubuh juga akan menghasilkan antibodi yang abnormal alias autoantibodi. Autoantibodi ini akan menyerang sel dan jaringan yang sehat dan tidak melawan agen yang dapat menginfeksi tubuh.

Lantas, bagaimana diagnosis lupus dilakukan?

Diagnosis Lupus dengan Tes Laboratorium

  • Penghitungan Sel Darah Lengkap

Tes ini merupakan tes yang paling dasar. Hasil pengukuran kandungan darah biasanya mengacu pada gejala anemia, kurangnya trombosit, dan kurangnya leukosit yang menjadi gejala umum penyakit lupus.

  • Pemeriksaan ANA (Antinuclear Antibody)

Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memeriksa keberadaan antibodi tertentu dalam darah, yakni antibodi antinuklir. Sebanyak 95% penderita lupus memiliki kandungan antibodi ini dalam tubuhnya.

  • Analisis Urin

Lupus juga tidak luput dalam menyerang ginjal. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kandungan protein dan sel darah merah dalam urin yang mengindikasikan lupus telah menyerang ginjal.

  • Tes Komplemen C3 dan C4

Komplemen merupakan senyawa dalam darah yang membentuk sebagian siste kekebalan tubuh. Level komplemen ini berbanding terbalik dengan SLE. Semakin rendah level komplemen, maka semakin aktif SLE.

  • Pemeriksaan Imunologi

Ada banyak jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan dalam metode ini, antara lain anti-SM antibody, anti-dsDNA antibodi, syphilis, lupus anticoagulant, dan lain-lain.

  • Tes Antibodi Anti-DNA

Tes lain yang dapat dilakukan untuk mengetahui kandungan antibodi tertentu adalah tes anti-DNA. Pada dasarnya, orang-orang yang tidak menderita SLE juga bisa memiliki antibodi anti-DNA ini. Namun semakin tinggi jumlah antibodi ini yang berada dalam darah seseorang, semakin besar risiko terjangkit penyakit lupus.

Tes Gambar (Pemindaian)

Diagnosis lupus

https://exceedurgentcare.com

  • X-Ray Thorax

Paru-paru juga menjadi organ sasaran lupus. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat adanya cairan pada paru-paru sebagai identifikasi jika lupus telah menyerang organ utama pernapasan ini.

  • Ekokardiogram

Lupus dapat menyebabkan kerusakan pada katup dan otot jantung. Pemeriksaan ekokardiogram akan merekam dan mendeteksi aktivitas jantung melalui gelombang suara.

Selain tes laboratorium dan pemindaian, diagnosis lupus juga dapat dilakukan dengan biopsi. Melakukan uji sampel pada jaringan ginjal juga dapat dilakukan jika telah mencapai tahap tertentu.

Demikianlah beberapa metode diagnosis penyakit lupus. Beberapa gejala umum penyakit ini antara lain nyeri sendi, pembengkakan pada sendi, demam, anemia, kerusakan pada ginjal, lemah badan, dan lain-lain. Segera kunjungi dokter jika mengalami gangguan kesehatan di atas atau yang lainnya dan tak kunjung selesai agar segera mendapatkan penanganan yang tepat. Sobat Sehat juga dapat berkonsultasi mengenai penggunaan obat dengan Apoteker K24Klik melalui live chat yang tersedia.

 


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *